Dulu, saat awal-awal merintis Bimbel, saya yakin bahwa mereka yang terpilih untuk bergabung adalah orang-orang spesial yang Allah kirim untuk membersamai saya dalam merintis Bimbel ini.
Saya yakin bahwa mereka adalah orang-orang tepat yang berkomitmen, berintegritas, dan bersedia membersamai baik dalam suka maupun duka.
Sampai akhirnya saya menyadari bahwa:
Not everyone has the same resistance as you to endure pain
Ternyata, tidak semua orang bersedia menahan rasa sakit yang sama.
Awalnya semua berjalan dengan baik, sampai pada suatu hari salah satu tutor mengundurkan diri melalui pesan chat secara mendadak.
Perasaan kaget, bingung, cemas, dan kecewa jadi satu, seperti orang yang baru pertama kali makan kolek manis dengan isian daging ayam. (Baca: Tradisi Sanggring di Gresik, Jawa Timur)
Saya mengakui, memang saat diawal merintis jumlah siswa masih sangat sedikit, dan itu pasti berimbas pada minimnya insentif yang diterima tutor.
Gaji yang sedikit tentu tidak bisa menjadi alasan yang kuat untuk mereka tetap bertahan.
Kini, setelah Bimbel mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, fenomena seperti ini tetap tak terhindarkan.
Bedanya, setiap karyawan yang mengundurkan diri selalu mengikuti SOP yang berlaku, sehingga yang tersisa hanya perasaan sedih.
Sedih karena kebanyakan dari mereka sudah cukup lama membersamai, dan sedih karena sudah seperti keluarga sendiri.
Ada 2 jenis turn over karyawan, yaitu keluar (resign) dan dikeluarkan (fired). Mari kita bahas.
1️⃣ Keluar (resign)
Kebanyakan dari mereka resign karena tuntutan ekonomi dan keluarga.
Saya mengakui bahwa gaji yang mereka terima masih jauh dari kata cukup jika dibandingkan dengan pekerjaan tetap pada umumnya.
Apalagi sebagian besar adalah sarjana yang memang memiliki prestige atau dream job tersendiri.
Bahkan ada juga tutor yang keluar karena orangtua yang menginginkan anaknya mengajar di sekolah karena sering diomongin tetangga.#Ini nyata
2️⃣ Dikeluarkan (fired)
Sebagian besar dari mereka yang dikeluarkan adalah karena melanggar kode etik yang berlaku secara berulang.
Kemampuan komunikasi, bekerjasama, bersosialisasi dengan yang lain, dan akhlak yang baik adalah kunci terbentuknya Kemistri antar tutor.
Kemistri akan menghadirkan kekompakan, dan kekompakan akan memudahkan kerjasama yang baik.
Sebaliknya, tanpa komunikasi yang baik, maka pasti akan sangat sulit untuk bekerjasama.
Kalau bekerjasama antar tutor saja sudah sulit, maka kemistri jadi tidak terbangun.
Endingnya adalah tutor datang ke Bimbel hanya sekedar mengajar, empati untuk saling bantu jadi rendah.
Tentu saja mereka tidak dikeluarkan secara langsung. Ada mekanisme yang berlaku agar semuanya berjalan secara profesional.
Key Principle yang selalu saya pegang adalah:
✅ Bimbel adalah tempat persinggahan sementara sebelum meraih mimpi yang lain.
Sampai saat ini, saya masih meyakini bahwa tidak ada orang yang lebih meyakini bahwa usaha Bimbel sangatlah potensial selain dari Ownernya itu sendiri.
Prestige mengajar di Bimbel juga tidak bisa mengalahkan prestige mengajar di sekolah, kecuali hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihatnya. (Kita bisa berbeda pendapat soal ini)
Karenanya, saya udah nggak kaget, cemas, ataupun takut lagi kalau ada tutor yang tiba-tiba mengajukan resign.
Karna kunci sukses mengelola Bimbel bukan pada individunya, tapi pada sistemnya.
✅ Fokus pada menginspirasi, bukan memanipulasi.
Sampai hari ini, saya tidak pernah menjanjikan bonus pada tutor untuk membuat mereka tetap loyal.
Fokus saya ada pada hubungan dan mendengar kebutuhan mereka.
✅ Orang-orang yang bersedia membersamai adalah cerminan diri
Saya percaya bahwa orang-orang yang Allah kirim untuk membersamai adalah mereka yang memiliki kapasitas seperti yang dibutuhkan, tidak over ataupun under qualified.
Di saat merintis, Allah kirim orang-orang yang bersedia ikut berdarah-darah.
Begitu juga saat Bimbel bertumbuh, Allah kirimkan orang-orang yang bisa melengkapi kekurangan.
Semoga tulisan ini bermanfaat
Saya Hafidz, Owner Bimbel Al Azizah Institute & Founder Bimbel Owner Academy
