Beberapa waktu yang lalu, saya kembali mengunjungi salah satu BIMBEL yang lokasinya tidak begitu jauh dari lokasi BIMBEL saya saat ini untuk bersilaturahmi dengan Ownernya.
Ketika sampai di lokasi, saya terkejut karna ruko lantai dua yang sebelumnya dijadikan tempat BIMBEL itu sudah seperti tidak digunakan lagi dalam waktu yang cukup lama, baner BIMBEL nya sudah tidak ada, bahkan perosotan di depannya, yang di khususkan untuk anak-anak yang belajar di BIMBEL itu pun sudah tidak ada lagi.
Saya pun bertanya kepada penyewa ruko di sebelahnya, orang tersebut mengatakan “sudah pindah ke belakang”.
Saya pun langsung menuju lokasi yang di maksud, setelah sampai, saya terkejut dengan lokasi dan tempat BIMBEL nya yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan tempat sebelumnya.
Jika lokasi sebelumnya sangat strategis karna berada di sisi jalan yang padat lalu lintas, kini lokasi masuk gang sempit yang hanya cukup untuk dilalui satu kendaraan roda empat saja.
Jika tempat sebelumnya berupa bangunan lantai dua yang besar, kini jauh lebih sederhana, bahkan terbilang kecil.
Setelah mengucapkan salam, dan mengetuk pintu beberapa kali, Alhamdulillah Owner nya ada, dan kebetulan beliau pada saat itu sedang tidak ada jam mengajar, kami pun saling berbincang terkait perkembangan BIMBEL kami masing-masing, setelah cukup lama mengobrol, tiba-tiba beliau izin untuk masuk kedalam sebentar.
Sambil melihat rak-rakan berwarna putih dipojok ruangan yang di hiasi dengan vas bunga berwarna putih berikut dengan bunga plastik berwarna kuningnya yang cantik, saya teringat kembali saat awal-awal saya memutuskan untuk mendirikan BIMBEL saya yang ke tiga.
Sengaja dulu saya targetkan BIMBEL beliau untuk saya riset, karna BIMBEL nya termasuk yang cukup besar, dan cukup strategis tempatnya karna berlokasi di pinggir jalan yang cukup ramai dilalui kendaraan.
Dulu, saat pertama kali saya menemui beliau, tujuan saya adalah untuk melakukan riset terhadap beberapa BIMBEL yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi BIMBEL yang akan saya dirikan, dengan senang hati beliau menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan, bahkan beliau menawari saya untuk bekerja sama untuk membangun BIMBEL di lokasi yang menjadi target saya pada waktu itu, dengan halus saya menjawab akan pikir-pikir dulu.
Beberapa menit kemudian, beliau pun datang lagi dan melanjutkan pembicaraan, dengan agak berat saya bertanya “Kenapa tempat BIMBEL nya pindah kesini pak?”
Beliau pun menjawab “Sudah sekitar satu tahun BIMBEL saya pindah kesini, tepatnya pada saat adanya Pandemi COVID 19 tahun lalu, biaya sewa ruko sebesar Rp 35 juta tidak bisa kami kumpulkan untuk melanjutkan sewa tempat dikarenakan jumlah siswa yang makin merosot drastis”.
Saya pun hanya terdiam, dan menghubungkannya dengan asumsi-asumsi yang ada dalam fikiran saya sebelumnya.
Setelah lama berbincang, saya pun pamit untuk pulang.
Di atas kendaraan, saya masih kepikiran dengan kondisi BIMBEL beliau yang berubah sangat drastis, bahkan mengalami kemunduran, obrolan-obrolan bersama beliau tadi juga masih terngiang-ngiang di fikiran, saya yakin ada alasan yang lebih besar dari hanya sekedar jumlah siswa yang berkurang drastis, karna bagaimana mungkin sebuah BIMBEL yang sudah berusia hampir sepuluh tahun bisa tumbang secapat itu.
Jika dihubungkan dengan banyaknya BIMBEL yang juga pernah saya datangi sebelum dan sesudah Pandemi, memang banyak BIMBEL yang mengalami kemunduran bahkan tutup, tapi tidak sedikit juga yang bisa bertahan bahkan tumbuh berkembang dengan sangat pesat setelah terjadi Pandemi.
Bimbel ketiga saya yang berada di Kota adalah termasuk diantara sedikitnya BIMBEL yang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pasca Pandemi, bahkan BIMBEL saya bisa menjaring lebih dari seratus siswa dan memperkerjakan belasan karyawan.
Bukan bermaksud sombong, tapi saya selalu ingat dengan pesan seorang Pakar Penjualan Kang #Dewa Eka Prayoga yang mengatakan bahwa “Sukses itu ada polanya dan Gagal juga ada polanya”.
Beliau juga menambahkan “Dalam bisnis, hal terpenting setelah teknis adalah non teknis, apa itu? MINDSET”
Benar saja, jika dihubungkan dengan banyaknya BIMBEL Owner yang pernah saya temui, ada suatu kesamaan di antara para BIMBEL Owner yang BIMBEL nya stuck, mengalami kemunduran, bahkan tutup alias wafat, dan kesamaan diantara semuanya adalah MINDSET OWNERNYA.
Sekali lagi saya kutip kalimat dari Kang #Dewa Eka Prayoga beliau mengatakan bahwa “Bisnis adalah tentang bagaimana Ownernya atau Pemimpinnya”
Mari kita uji Mindset Anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini 👇
📌 Apakah Anda adalah Bimbel Owner yang masih mengerjakan semuanya sendiri (Ngajar sendiri, bersihin kelas sendiri, promosi sendiri, Nerima tamu sendiri, mengingatkan bayaran SPP siswa sendiri, chat Walimurid sendiri, bikin konten sendiri, posting di medsos sendiri).
📌 Apakah Anda memiliki tenaga pengajar, tapi mereka tidak memiliki loyalitas yang tinggi terhadap BIMBEL Anda, dimana mereka hanya menjalankan tugas sebagai pengajar, setelahnya langsung pulang, bahkan sering kali datang terlambat, dan begitu seterusnya.
📌 Apakah Tenaga pengajar di BIMBEL Anda sering masuk dan keluar secara tiba-tiba, dan itu membuat Anda kewalahan.
📌 Apakah Anda tidak memiliki partner yang bisa membantu Anda untuk bertukar ide tentang bagaimana agar BIMBEL Anda semakin bertumbuh serta mengeksekusi ide-ide tersebut bersama-sama.
📌 Apakah cashflow di BIMBEL Anda sering kali macet, karna Walimuridnya sering telat bayaran SPP, bahkan sering lewat sampai bulan berikutnya, dan bahkan Ada yang keluar tanpa izin dengan tunggakan SPP yang belum dibayarkan.
Jika Anda masih mengalami hal-hal di atas, berarti Anda belum memiliki MINDSET PENGUSAHA, melainkan masih hanya sebatas MINDSET PENGAJAR.
Maaf jika terkesan menghakimi, tapi begitulah faktanya dilapangan.
Jadi begini, membangun sebuah bisnis dengan menjalankan sebuah bisnis itu berbeda, kalau kata Kang #Dewa Eka Prayoga “Menjalankan Bisnis itu butuh keberanian, sedangkan menjalankan bisnis itu butuh ilmu”.
Coba Anda ingat-ingat lagi, apa yang pertama kali Anda lakukan saat pertama kali memutuskan untuk membuka usaha BIMBEL?
Apakah mempelajari secara mendalam bagaimana mengoperasikan sebuah BIMBEL dan bagaimana menjaring banyak siswa dan bagaimana memimpin tim dalam BIMBEL sehingga bisa berkembang pesat dan bertahan lama, ataukah mengumpulkan keberanian dan menimbang-nimbang manfaat serta resiko kedepannya jika Anda membuka BIMBEL?
Saya sangat yakin, sebagian besar dari Anda pasti melakukan hal yang kedua saat pertama kali memberanikan diri untuk mendirikan sebuah BIMBEL. #ngaku
Lalu MINDSET seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang BIMBEL Owner?!
✅ Berfikir seperti seorang pebisnis
❌ Berfikir seperti seorang pengajar
Maksudnya adalah, mulai sekarang Anda harus mulai membangun tim yang loyal dan juga militan yang bisa membantu Anda menumbuhkan BIMBEL Anda, jangan sampai Anda adalah BIMBEL Anda, yang kalau Anda sakit, maka BIMBEL Anda tutup, kalau Anda kondangan maka BIMBEL Anda diliburkan.
Delegasikan pekerjaan Anda yang berhubungan dengan hal-hal teknis pada tim Anda, lalu fokuskan diri Anda pada hal-hal strategis agar BIMBEL Anda bisa bertumbuh dengan pesat.
“Tapi saya masih belum punya tim, gimana cara merekrut tim?, Apa saja yang harus di delegasikan?, apa saja kriteria tim yang loyal dan militan?”
Kalau Anda masih sendiri atau belum ada yang membantu, maka sebaiknya Anda fokus dulu untuk menjaring banyak siswa.
Gimana caranya?, Saya sudah melakukan ini dan itu, saya juga udah promosi sana-sini, tapi hasilnya masih sama saja.
Belajarlah tentang Marketing, khususnya Digital Marketing, cara jualan tanpa ketahuan kalau Anda sedang jualan, cara menulis iklan yang dapat menarik perhatian dan kepercayaan orangtua, karna hasil riset saya menunjukkan, kebanyakan BIMBEL hanya posting jualan di medsos, yang di-posting hanyalah kegiatan belajarnya, jam belajarnya, lokasinya, pelajarannya, lalu ditutup dengan ajakan untuk mendaftar, dan hasilnya benar saja, interaksinya sangat sedikit bahkan untuk mendapatkan like saja sulit.
“Tapi saya gaptek, saya enggak tau dimana dan dengan siapa belajarnya, saya enggak punya banyak waktu untuk mempelajarinya”
Saya yakin diantara Anda ada yang memiliki alasan seperti itu.
Makanya saya sudah siapkan komunitasnya khusus untuk Anda yang memiliki permasalahan seperti itu, untuk bergabung, Anda bisa join ke grup melalui link dibawah ini 👇
https://www.facebook.com/groups/904906777249551/?ref=share_group_link
Kalau saya sudah punya tim pengajar, gimana caranya supaya saya bisa mendelegasikan pekerjaan teknis pada tim saya?, Apakah mereka mampu?, Bagaimana jika hasilnya tidak sesuai harapan?
Kalau sudah punya tim pengajar, maka sebaiknya kenali dulu lebih jauh tim Anda, cari tahu motivasi mereka, kenapa mau membantu Anda, Kenapa tidak mengajar di sekolah, kenapa tidak di BIMBEL lain, digunakan untuk apa saja gaji yang mereka terima, apa hobi mereka, apa saja skill yang mereka kuasai selain mengajar, apa target jangka pendek, menengah, dan panjang mereka.
Gali informasi sedetail mungkin pada diri tim Anda, setelah itu, Anda hubungkan dengan visi BIMBEL Anda, pilih diantara mereka yang paling pas untuk Anda rekrut sebagai tim inti dalam BIMBEL Anda.
Jika mereka berkenan, sampaikan SOP nya, minta mereka untuk menyepakati perjanjian tersebut diatas kertas, lalu latih, kontrol hasil kerjanya, dan evaluasi hasilnya.
Di awal-awal, bisa jadi hasilnya tidak sesuai harapan Anda, maklum karna masih tahap belajar.
Tim saya juga dulu seperti itu, tapi berjalannya waktu setelah melakukan banyak evaluasi, mereka pasti bisa melakukannya dengan baik.
Jika Anda masih bingung bagaimana cara merekrut dan mendelegasikan pekerjaan Anda, dan masih bingung bagaimana cara membuat SOP nya, dan cara membuat kontrak kerjanya serta cara mengevaluasi hasil kerjanya, Anda bisa juga join ke KOMUNITAS BIMBEL OWNER yang sudah saya siapkan melalui link dibawah ini
