Beberapa bulan lalu saya sudah mengadakan Zoominar mengenai bagaimana caranya scale up atau membesarkan sebuah usaha Bimbel.
Tapi ternyata, kebanyakan permasalahan yang peserta hadapi adalah terkait marketing nya, alias kesulitan untuk menambah jumlah siswa di bimbelnya.
Saya paham banget kenapa Marketing jadi salah satu masalah utama banyak Bimbel Owner, baik yang lokasinya di desa maupun di kota, baik yang bentuknya rumahan maupun rukoan. #rukoan?! 😅
Hal ini tidak lain adalah karna Marketing merupakan ujung tombak sebuah Bimbel untuk menggaet perhatian dan kepercayaan calon siswa/orangtua pada Bimbel Anda.
Kalau diantara teman-teman Bimbel Owner yang saat ini lagi baca tulisan saya, Bimbelnya juga sedang ngalamin hal-hal dibawah ini:
✅ Jumlah siswa sulit bertambah
✅ Sudah promosi sana-sini tapi hasilnya, belum sesuai ekspektasi
✅ Bingung harus promosi seperti apa lagi
✅ Mau nyoba promosi pakai Digital Marketing kayak orang lain, tapi bingung gimana caranya
✅ Udah pernah rekrut orang untuk pegang marketing, tapi hasilnya tambah bikin kepala makin pusing
Tahukah teman-teman bahwa marketing adalah bagian yang sangat penting untuk terus dijalankan dan dikembangkan, karna marketing berada di garda terdepan dalam meraih perhatian dan kepercayaan calon siswa/orangtua agar mendaftar di Bimbel kita.
Kalau hal seperti ini terus dibiarkan berlarut- larut, akibatnya Kita jadi bosan karna jumlah siswanya stagnan.
Kalau jumlah siswanya stagnan, maka pemasukannya juga menghawatirkan, kalau pemasukannya menghawatirkan, maka kita nggak bisa rekrut tenaga pengajar tambahan untuk dimintai bantuan.
Kalau tidak ada pengajar tambahan, maka kita pasti akan keteteran, karna harus melakukan semuanya sendirian. #kasian 😖
Yang paling dikhawatirkan adalah kalau Bimbel yang sudah kita bangun dengan susah payah, dengan penuh perjuangan tutup di usia dini, alias tidak bisa bertahan dalam waktu yang lama.
Semoga tidak terjadi pada Bimbel kita. Aamiin ya robbal’alamiin
Marketing itu bersifat dinamis, beda kondisi, maka akan berbeda cara penerapannya…
Beda target marketnya, maka akan berbeda pula penanganannya…
